nyoba' ajer ngeblog ca'na pas pangajeren kuliah,mandheren amanfaathe.amin. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

pedoman penulisan karya ilmiah

MAKALAH
PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH
Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Teknik Penulisan
Semester V Dosen Pengampu : Alfiati Handayu Diyah Fitriyani, S.Pd.,M.Pd





Oleh :
Amar ma’ruf : 09140154
Ayu Ratna Wulandari : 10140106
Farida Nur Sholihah : 10140108


PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012


Materi yang disajikan biasanya bersifat komleks yang isinya mulai dari kajian terhadap berbagai teori yang bersifat subtantif dan mendasar sampai pada hal yang bersifat operasional teknis, maka laporan penelitian seperti ini perlu di atur dengan baik agar pembaca laporan dengan mudah memahami secara cepat dan menemukan bagian yang di cari.
Laporan penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi dan tesis yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat cenderung bersifat teknis, berisi lengkap, isinya di sajikan secara lugas dan objektif, berformat cenderung baku dan mengikuti ketentuan dari perguruan tinggi atau kelompok masyarakat akademik.
Bagian-bagian pedoman penulisan
  1. Penggunaan Bahasa
Dalam menulis skripsi harus berbahasa yang baik dan benar, dan karena skripsi itu sebagai tulisan resmi jadi sifatnya baku. Sehingga tata bahasa harus sesuai dengan kaidah yang berlaku. Mengikuti tata penulisan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
  1. Pengetikan
a.       Kertas, Ukuran dan Jumlah Halaman
Skripsi diketik pada kertas berwarna putih ukuran kuato (21,5cm x 29,7cm) dengan berat 80gram, dengan minimal 65halaman.
b.      Sampul
Sampul luar menggunakan karton tebal dan dilapis plastik bening dengan warna jurusan, dan tulisan pada sampul luar menggunakan huruf hitam, semua huruf dicetak dengan huruf kapital dengan ukuran huruf digunakan font 12-17.
c.       Spasi Pengetikan
1.      Jarak antara satu baris dengan baris berikutnya dengan dua spasi kecuali kutipan langsung seperti 5 baris atau lebih diketik dengan satu spasi.
2.      Judul tabel dan judul gambar yang lebih dari satu baris di ketik dengan satu spasi.
3.      Catatan kaki (footnote) diketik dengan satu spasi.
4.   Daftar pustaka diketik dengan jarak satu spasi, dan dua sumber diketik dengan dua spasi.
e.  Penggunaan Huruf
Naskah skripsi diketik dengan komputer dengan menggunakan huruf Times New Roman ukuran font 12.
f.    Penulisan Bilangan
Bilangan yag dapat ditulis dengan satu atau dua kata kecuali bilangan subbab, nomor gambar, bilangan dalam tabel, dan bilangan pecahan yang berdiri sendiri harus di tulis dengan huruf.
g.       Batas Tepi Pengetikan Naskah
Tepi ata     : 4cm
Tepi bawah: 3cm
Tepi kiri     : 4cm
tepi kanan
  : 3cm
h.      Pengetikan Alinea Baru
Dalam pengetikan alinea baru dimulai dari huruf keenam tepi kiri atau setelah lima ketukan dari tepi kiri.
i.       Pengetikan Bab, Subbab, dan Anak Subbab
  1. Pengetikan Bab Nama bab diketik dengan huruf kapital dengan akhiran tanda titik, nomor bab ditulis dengan angka romawi di atas nama bab tanpa diakhiri tanda titik. 
  2. Pengetikan Subbab Pengetikan subbab dan nomor subbab dimulai dari batas kiri, huruf pertama pada subbab menggunakan huruf kapital, kecuali kata tugas tanpa di akhiri tanda titik. 
  3. Pengetikan Sub Subbab Pengetikan anak subbab dimulai dari batas tepi kiri, huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan di akhiri tanda titik
  4. Anak sub-sub bab Menggunakan anak sub-sub bab tidak menggunakan huruf capital dan diakhiri tanda titik. 

3. cara Penulisan
a.       Penomoran
1)      Penomoran Halaman
a)      Nomor halaman bagian awal dituliskan dengan angka romawi kecil bagian bawah tengah
b)      Nomor halaman bagian utama ditulis dengan angka arab, disebelah kanan bawah jarak 3cm dari batas tepi kanan dan 2cm dari batas tepi bawah.
c)      Nomor halaman awal setiap bab tidak perlu dituliskan.
d)     Nomor halaman akhir ditulis dengan angka Arab 2cm dari tepi bawah kanan.
2)      Pemberian nomor tabel, gambar, dan gambar
a)      Nomor tabel dan gambar menggunakan angka romawi.
b)      Nomor lampiran ditulis dengan menggunakan angka romawi besar secara urut.
b.      Pengutipan
1)      Cara Menulis Kutipan Langsung
Kutipan langsung ditulis sama persis dengan sumber aslinya baik mengenai bahasa maupun ejaan.
2)      Cara Menulis Kutipan Tidak Langsung/ saduran
Kutipan tidak langsung yang disebut parafrase adalah kutipan yang tidak persis seperti sumber aslinya.
c.       Penulisan Sumber Kutipan
Penulisan sumber kutipan langsung dan tidak langsung menggunakan model catatan kaki, dengan font 12 dibuat secara otomatis pada setiap bab dimulai dari nomor 1.
d.      Penulisan Daftar Pustaka
1)      Meliputi penulisan buku, hasil penelitian, artikel atau majalah ilmiah sebagai acuan penulisan skripsi.
2)   Disusun secara alphabetis tanpa nomor urut.
3)      Mengikuti urutan : nama penulis, judul buku, tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun penerbitan. Setiap satuan menggunakan koma, kecuali tempat penerbit dan nama penerbit menggunakan tanda titik dua, dan nama buku di cetak miring.
4)      Cara menulis daftar pustaka, baris pertama lurus garis tepi kiri dan baris kedua seeterusnya masuk kedalam.
5)      Apabila nama penulis terdiri dari dua kata atau lebih maka penulisannya nama belakang terlebih dahulu.
6)      Nama yang diikuti dengan singkatan maka harus dicantumkan sebagian yang tidak terpisah dari nama tersebut.
7)      Gelar kesarjanaan tidak perlu disebutkan.
8)      Dua sumber atau lebih ditulis satu orang, maka penyebutan setiap sumber tetap dituliskan nama pengarangnya seperti pada penulisan sumber yang pertama. Urutannya berdasarkan pada tahun terbit buku.

 
Daftar pustaka
Sarjono, dkk. 2008. Panduan skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga.
Tanjung, Bahrudin Nur & Ardial. 2010. Pedoman penulisan karya ilmiah (proposal, skripsi, dan tesis) dan mempersiapkan diri menjadi penulis artikel ilmiah. Jakarta: kencana.
Anwar, dkk. 2000. Pedoman penulisan. Ypgyakarta : UPFE UMY

 

 



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

mengenal adipati sumenep



Mengenal Adipati Arya Wiraraja
Arya wiraraja adalah pendiri sumenep yang kini sudah berusia hampir tujuh setengah abad, yang mempunyai kemampuan dalam bidang strategi pemerintahan dan strategi perang. Di samping itu juga sumenep mempunyai kemampuan sebagai penagamat politik pada zamannya, Arya Wiraraja ini adalah pelapor utama dalam berdirinya kerajaan majapahit hingga mencapai masa keemasan atau kejayaan pada masanya dengan mempersatukan wilayah kepulauan Nusantara yang pertama di gagas oleh Prabu Kartanegara dan hampir berhasil, seandainya tidak ada hambatan dengan datangnya bala tentara Cina ke pulau Jawa.
Beliau adalah Wiratama dalam pendirian negara besar Majapahit yang merupakan ksatria pilihan yang berwawasan luas dan mempunyai pandangan jauh ke depan sehingga langkah pemikirannya dapat di katakan tidak pernah meleset, strategi pemerintahan dan strategi perangnya selalu mendapat acungan dari sejumlah pengamat sejarah. Bahkan sikap yang selalu di lakukan sangat sukar di tebak oleh musuh-musuh dalam politik dan perangnya, karnanya sang adipati adalah pelaku politik tingkat tinggi di zamannya dan sangat sulit bila di cari tandingannya.
Bukti dari proses berdirinya kerajaan Majapahit adalah dengan di awali penyelamatan Raden Wijaya bersama pengikut setianya untuk meminta perlindungan  dan nasehat serta bantuan dari Adipati Arya Wiraraja. Di kisahkan kemudian Arya Wiraraja menerima permintaan perlindungan Raden Wijaya dan kemudian proses dan strategi untuk menduduki kerajaan dengan mengembangkan taktik agar bila terjadi perang tidak banyak korban jiwa yang melayang dan semua strategi yang beliau rancang membuahkan hasil yang sangat memuaskan bagi masyarakat.
Dilihat dari strategi perjuangan yang beliau rencanakan maka beliau cukup mampu mendirikan negara besar dan bahkan mampu menduduki tahta kerajaan Majapahit jika seandainya beliau menonjolkan sifat egoismenya dan ambisi pribadinya, namun dengan sifat dan cintanya pada sumenep Adipati Arya Wiraraja tidak pernah melakukan sikapnya bahkan terlintas pun tidak pernah, sikap tulus ikhlas dalam mengabdi yang di wujud nyatakan pada bentuk ketaatan terhadap pimpinan patut di banggakan. Bahkan kepentingan pribadinya senantiasa di kesampingkan demi keberhasilan cita-cita dan perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan serta kesejahteraan masyarakat dalam wilayahnya.
Sang adipati pun mampu memperhitungkan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas untuk di lakukan sebagai seorang teladan bagi pengikutnya dan pada diri adipati tertanam cukup kuat kendali batin,  sehingga mampu berbuat hal yang terpuji serta contoh yang baik bagi pengikutnya. Yang paling sederhana sang Adipati selalu menampakkan senyum kesederhanaan di barengi dengan sikap lapang hati serta kebesaran jiwa yang diaktualisasikan dalam rangkaian kegiatan pengabdian dan patut di teladani, dan ternyata sang Adipati juga senantiasa merasa puas atas anugerah berupa apapun yang telah di berikan kepadanya.
Cukup ini saja pengenalan sang Adipati Arya Wiraraja sebagai teladan sumenep, bagi yang masih penasaran dengan sang Adipati mari saya tunggu di kraton sumenep madura, akan saya ceritakan sepanjang-panjangnya, dan kemudian saya akan menceritakan atau mengenalkan beberapa situs peninggalan sumenep.
Menengenal Beberapa Situs Peninggalan Sejarah Sumenep
1.      Sisa Tembok Pagar Keraton Sumenep
Yang terletak di sebelah utara rumah dinas bupati sumenep, jl. Panglima sudirman. Merupakan sebagian tembok keraton yang berukuran ± 4 m sebagai bukti monumental sejarah keraton sumenep di masa lalu.
2.      Keraton Sumenep
Dalam kawasan keraton sumenep terdapat tiga bangunan utama yaitu :
·         Keraton Tirto Negoro
·         Keraton Panembahan Sumolo
·         Kantor Koneng
3.      Wakap (langgar) Bendoro Moh. Saod (Raden Tumanggung Tirto Negoro)
Bangunan yang terletak di sebelah barat lapangan LKS Gotong Royong yang merupakan tempat ibadah yang pada masa itu penyelenggaraan pengajian di pimpin oleh K. Abu Naim.
4.      Mesjid Laju
Bangunan ini yang di bangun pada zaman Pemerintahan Pangeran Anggadipa yang memerintah keraton sumenep dari Tahun 1626 sampai dengan 1644 M.
5.      Mesjid Agung Sumenep
Mesjid Agung Sumenep ini di bangun pada Tahun 1763 M oleh Raja Panembahan Sumolo, mesjid ini juga termasuk salah satu dari sepuluh mesjid berarsitektur khas yang terdapat di indonesia.
6.      Asta Tinggi
Ini adalah situs pemakaman Raja-Raja dan anak keturunan beserta kerabat-kerabatnya yang di bangun sekitar tahun 1750m.
7.      Pilar/ Pintu Masuk Keraton Bangselok
Pilar/ pintu masuk ini terletak di Jl. Widuri Kelurahan Bangselok yang pada zaman   dahulu di tempatin oleh Pangeran Pekalongan menantu Sultan Abdurahman.
8.      Taman Peristirahatan Raja-Raja di Desa Batuan
Taman ini terletak di Kampung Palasa dalam bahasa inggris Daerah Batuan yang di dalamnya terdapata kawasan kolam pemandian serta puing-puing bangunan istana.
9.      Gua Jeruk
Gua ini terletak di dataran tinggi yang berlokasi di luar kawasan Asta Tinggi Desa Kebunangung Sumenep, gua ini sebagai salah satu tempat pertapaan Sultan Abdurahman.
10.  Asta Karang Sabu
Komlek pemakaman yang terletak di Kelurahan Karangduak Kecamatan Kota Sumenep, yang terdiri atas beberapa makam Tumenggung Kanduruan, Pangeran Lor, dan Pangeran Wetan.
11.  Pilar/ Pintu Masuk Keraton Parsanga
Pada Tahun 1502-1559 berdiri kerajaan di bawah kepemimpinan Banuboyo/ Sidingpuri dengan gelar Pangeran Secca Diningrat V yang merupakan cucu dari Pangeran Joko Tole.
12.  Kolam (Peringi Songo)
Kolam ini terletak di desa Parsanga Kecamatan Kota Sumenep, yang dulunya tempat ini bermukim seorang ulama yang bernama Sunan Padusan (menantu Joko Tole)
13.  Pintu Gerbang Pangeran Letnan
Lokasi pintu ini yang berada di sebelah utara agak ke timur dari rumah Dinas Bupati Sumenep yang merupakan pintu masuk menuju rumah kediaman Raden Ario Mohammad Hamzah yang bergelar Pangeran Soeryo Sinrangingrono.
14.  Asta Katandur
Asta ini berada di lokasi desa Pamolokan Kecamatan Kota Sumenep ± 2 km ke arah Utara Kota Sumenep. Asta ini merupakan kuburan Syech Acmad Baidawi yang di kenal sebagai Pangeran Ktandur yang berasal dari kata tandur = menanam, ahli pertanian, beliau adalah seorang penyebar agama islam juga ahli dalam bidang bercocok tanam yang datang ke kbupaten sumenep.
15.  Asta Sayyid Yusuf
Lokasi asta ini berada di Kecamatan Talango suatu Kepulauan ± 11 km ke arah timur dari Kota Sumenep dan menyeberangi dari Kecamatan Kalinget ± sekitar 10 menit perjalanan, Sayyid Yusuf adalah seorang ulama yang berasal dari Arab yang ketika itu jenazahnya terapung diliputi sinar melintas di depan perahu Sultan Abdurahman yang melakukan perjalanan ke pulau bali, kemudian jatuh daun sokon/ sukun yang bertuliskan dengan jelas nama jenazah tersebut yaitu Sayyid Yusuf dari mekkah. Kemudian Sultan Abdurrahman berniat menguburkan jenazah secara wajar di daratan pulau talango jika beliau kembali dengan selamat dari pulau bali. Akhirnya Asta ini banyak di kunjungi oleh penduduk jawa timur dan jawa barat, konon permohonan/ doa mereka di tempat ini banyak di kabulkan oleh Allah Swt. Dan di sebelah utara Asta ini terdapat pohon Nangger yang sangat besar seperti memayungi kuburan tersebut, pohon ini berasal dari tongkat Sultan Abdurrahman yang di tancapkan setelah mengubur jenazah Sayyid Yusuf.
16.  Bangunan Kediaman Pangeran AMI
Jl. Pujangga kelurahan Kepanjin Kabupaten Sumenep bangunan ini merupaka salah satu dari beberapa bangunan Kepangeranan yang ada di Kabupaten Sumenep, tempat tinggal dari Syamsudin (nama asli) kemudian berganti nama menjadi Moh. Jakfar Sadik alias Pangeran Suryo Amijoyo atau Pangeran AMI. Pangeran AMI menikah dengan Dewi Ratih Putri I Pangeran Diponegoro (nama aslinya Abd. Hamid), pada masa hidupnya beliau pernah menjabat sebangai sekretaris pribadi dari penambahan Moh. Saleh Notokusumo II sekaligus sebangai pujangga keraton, sehingga kediaman beliau di namai kampung pujangga, bangunan tersebut agak istimewa dengan kesan artistik mengingat pemiliknya adalah seorang pujangga keraton, selain keunikan bangunan itu masih ada lagi yaitu kisah Pangeran Ami dalam hal senajta yang beliau miliki yaitu sebilah keris bernama “Se Pangkat” yang diukir dengan tulisan VOC karenan keris tersebut berjasa pada waktu Pangeran Diponegoro berpeerang melawan Belanda.
17.  Asta K. Pekke
Asta ini terletak di daerah luar Kota Sumenep yaitu Lembung Barat Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, ± 11 km ke arah barat dari kota Sumenep, yang merupakan salah satu objek wisata ziarah yang ada di Kabupaten Sumenep. K. Hafakih atau K. Pekke yang di kenal sebagai ulama besar dalam bidang ilmu fiqih (ahli hukum agama islam) dan perintis pertama pendiri pondok pesantren di Kabupaten Sumenep, selain itu beliau juga sebagai budayawan tertua setelah wali songo yang mengajarkan gending di Yogyakarta.
18.  Asta Jokotole
Kuburan Jokotole atau Secoadinigrat III putra dari Adipoday ini berada di kampung Sa’asa desa Lanjuk Kecamatan Manding ± 10 km ke arah utara dari Kota Sumenep, menurut cerita pada saat Jokotole sakit parah di bawa pulang dari kraton Lapataman Kecamatan Dungkek Kabupaten di rumah putranya di desa Parsanga Kecamatan Kota Sumenep dan beliau wafat disana. Dan sebelum beliau wafat beliau berwasiat apabila katel (keranda jenazah) yang terbuat dan bambu patah dimana saja, maka disitu beliau harus dikubur. Dan ternayta bambu tersebut patah di Kecamatan Manding, namun pada saat jenazah di sucikan sulit sekali untuk mendapatkan air, Raden Ario Begonondo (putra Jokotole) menancapkan tongkat milik ibunya (Dewi Ratnadi) yang pernah di gunakan di desa Socah Kabupaten Bangkalan ke tanah, dan keluarlah air dari tanah tersebut. Kemudian jenazah Jokotole di sucikan di daerah tersebut dan di makamkan di sana juga, maka dari itu daerah tersebut di namakan Sa’asa yang artinya tempat mensucikan.
19.  Asta Aceh
Bujuk Aceh (juk Aceh) merupakan kuburan Pangeran Aceh yang terletak di kampung Gunungan Kelurahan Bangselok Kecamatan Kota Sumenep. Menurut cerita Pangeran Aceh adalah kuburan Pangeran Teuku Umaar (pejuang Aceh) yang ketika itu frustasi karena kalah siasat berperang melawan Belanda di Aceh dan di selamatkan Pangeran Letnan Kolonel (Moh. Hamzah). Ketika berperang melawan Belanda di Aceh beliau menancapkan bambu-bambu sebagai benteng pertahanan, namun oleh Belanda di luar bambu tersebut di taburi uang, sehingga keluarlah tentara Pangeran Aceh, maka dengan mudah Belanda menembaknya. Kemudian Benteng pertahanan di buat kembali di kampung Gunungan dan Pangeran Aceh berdiam di dalamnya dan yang dilakukannya seoanjang waktu hanya termenung sampai akhirnya beliau meninggak dunia di tempat itu.
20.  Asta Sendir
Kuburan Sendir adalah kuburan dari seorang Alim Ulama dari turunan Pangeran Mandaraga, yang terletak di desa Sendir Kecamatan Lenteng ± 7 km ke arah Barat dari Kota Sumenep. Alim Ulama tersebut bernama K. Abd. Rahem putra K. Abdullah dan istriay bernama Nyai Sosor yang merupakan anak dari Putri Siding Puri dan dari pernikahan mereka mempunyai keturunan Buju’ Raba alias K. Abd. Rahman di Raba Pamekasan.
21.  Asta P. Anggoseto
Lokasi dari Asta ini berada di desa Kebun Dadap Kecamatan Saronggi ± 13 km ke arah selatan Kota Sumenep, Pangeran Anggoseto adalah orang yang mengajarkan tentang cara membuat garam yang secara turun temurun diwariskan kepada masyarakat sekitar. Dan untuk mengenang Pangeran Anggoseto selaku perintis pembuatan garam di Sumenep maka setiap Tahun di adakan upacara adat Nyadar yang merupakan upacara adat tradisional yang bersifat ritual.
22.  Asta K. Abdullah
Lokasi kuburan K. Abdullah ini berada di desa Batuampar Kecamatan Guluk-Guluk ± 32 km ke arah barat dri kota Sumenep, K. Abdullah adalah ayah dari Bendoro Moh. Saod bergelar R. Tumenggung Tirtonegoro raja sumenep yang memerintah Tahun 1750-1762. Berikut adalah nama-nama raja dinasti Bendoro Moh. Saod alias R. Tumenggung Tirtonogoro :
·         R. Tumenggung Tirtonegor 1750-1762
·         Penanbahan Natakusumo I 1762-1811
·         Sultan Abdurrahman Pakunatanigrat I 1811-1854
·         Penambahan Natakusomo II 1854-1879
23.  Benteng Belanda
Benteng peninggalan Belanda ini berada di Dusun Bara’ Lorong Desa Kalimo’ok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, sebelah tenggara. Benteng ini berada jauh dari pelabuhan dan juga pusat kota, kira-kira 3 km dari pantai dan 7 km dari keraton sumenepp. Sebuah sumber Belanda menyebutkan bahwa Benteng Sumenep di bangun Tahun 1785 dengan luas bangunan 2500 m2, panjang 50 m, lebar 50 m, tinggi tembok 3 m, berdiri di atas tanah seluas 15.000 m2 panjang 150 m, lebar 100 m dalam keadaan rusak dan tidak terawat. Benteng ini di bangun dari bata dengan area persegi dengan dua pintu masuk, satu pintu dari utara dan satu pintu lagi di selatan dan pada masing-masing ujungnya terdapat benteng pertahanan yang menonjol keluar, dengan dinding setebal 5 m. Segmen yang Benteng yang amsiha da di sekeliling adalah dua pintu gerbang, sebuah penjara dan papan pengumuman (majalah dinding), dan fungsi Benteng sekarang sudah berganti dengan tanah pemeliharaan proyek pengembangan petani ternak kecil, dengan fungsinya yang baru sudah berdiri sejumlah bangunan kandang ternak dan rumah penjaga telah di bangun baik pada bagian luar maupun bagian luar Benteng, dan di sebelah barat dari Benteng tersebut tedapat pekuburan Belanda.
            Sekilas cerita tentang Adipati Sumenep beserta peninggalannya, jika kurang memuaskan silahkan kunjungi Keraton Sumenep Madura di sana akan lebih detail tentang Sumenep, bahkan bisa mengunjungi langsung peninggalan-peninggalan Adipati, dan di pastikan sangat memuaskan dan menyenangkan dalam perjalanannya.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0