nyoba' ajer ngeblog ca'na pas pangajeren kuliah,mandheren amanfaathe.amin. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

mengenal adipati sumenep



Mengenal Adipati Arya Wiraraja
Arya wiraraja adalah pendiri sumenep yang kini sudah berusia hampir tujuh setengah abad, yang mempunyai kemampuan dalam bidang strategi pemerintahan dan strategi perang. Di samping itu juga sumenep mempunyai kemampuan sebagai penagamat politik pada zamannya, Arya Wiraraja ini adalah pelapor utama dalam berdirinya kerajaan majapahit hingga mencapai masa keemasan atau kejayaan pada masanya dengan mempersatukan wilayah kepulauan Nusantara yang pertama di gagas oleh Prabu Kartanegara dan hampir berhasil, seandainya tidak ada hambatan dengan datangnya bala tentara Cina ke pulau Jawa.
Beliau adalah Wiratama dalam pendirian negara besar Majapahit yang merupakan ksatria pilihan yang berwawasan luas dan mempunyai pandangan jauh ke depan sehingga langkah pemikirannya dapat di katakan tidak pernah meleset, strategi pemerintahan dan strategi perangnya selalu mendapat acungan dari sejumlah pengamat sejarah. Bahkan sikap yang selalu di lakukan sangat sukar di tebak oleh musuh-musuh dalam politik dan perangnya, karnanya sang adipati adalah pelaku politik tingkat tinggi di zamannya dan sangat sulit bila di cari tandingannya.
Bukti dari proses berdirinya kerajaan Majapahit adalah dengan di awali penyelamatan Raden Wijaya bersama pengikut setianya untuk meminta perlindungan  dan nasehat serta bantuan dari Adipati Arya Wiraraja. Di kisahkan kemudian Arya Wiraraja menerima permintaan perlindungan Raden Wijaya dan kemudian proses dan strategi untuk menduduki kerajaan dengan mengembangkan taktik agar bila terjadi perang tidak banyak korban jiwa yang melayang dan semua strategi yang beliau rancang membuahkan hasil yang sangat memuaskan bagi masyarakat.
Dilihat dari strategi perjuangan yang beliau rencanakan maka beliau cukup mampu mendirikan negara besar dan bahkan mampu menduduki tahta kerajaan Majapahit jika seandainya beliau menonjolkan sifat egoismenya dan ambisi pribadinya, namun dengan sifat dan cintanya pada sumenep Adipati Arya Wiraraja tidak pernah melakukan sikapnya bahkan terlintas pun tidak pernah, sikap tulus ikhlas dalam mengabdi yang di wujud nyatakan pada bentuk ketaatan terhadap pimpinan patut di banggakan. Bahkan kepentingan pribadinya senantiasa di kesampingkan demi keberhasilan cita-cita dan perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan serta kesejahteraan masyarakat dalam wilayahnya.
Sang adipati pun mampu memperhitungkan mana yang pantas dan mana yang tidak pantas untuk di lakukan sebagai seorang teladan bagi pengikutnya dan pada diri adipati tertanam cukup kuat kendali batin,  sehingga mampu berbuat hal yang terpuji serta contoh yang baik bagi pengikutnya. Yang paling sederhana sang Adipati selalu menampakkan senyum kesederhanaan di barengi dengan sikap lapang hati serta kebesaran jiwa yang diaktualisasikan dalam rangkaian kegiatan pengabdian dan patut di teladani, dan ternyata sang Adipati juga senantiasa merasa puas atas anugerah berupa apapun yang telah di berikan kepadanya.
Cukup ini saja pengenalan sang Adipati Arya Wiraraja sebagai teladan sumenep, bagi yang masih penasaran dengan sang Adipati mari saya tunggu di kraton sumenep madura, akan saya ceritakan sepanjang-panjangnya, dan kemudian saya akan menceritakan atau mengenalkan beberapa situs peninggalan sumenep.
Menengenal Beberapa Situs Peninggalan Sejarah Sumenep
1.      Sisa Tembok Pagar Keraton Sumenep
Yang terletak di sebelah utara rumah dinas bupati sumenep, jl. Panglima sudirman. Merupakan sebagian tembok keraton yang berukuran ± 4 m sebagai bukti monumental sejarah keraton sumenep di masa lalu.
2.      Keraton Sumenep
Dalam kawasan keraton sumenep terdapat tiga bangunan utama yaitu :
·         Keraton Tirto Negoro
·         Keraton Panembahan Sumolo
·         Kantor Koneng
3.      Wakap (langgar) Bendoro Moh. Saod (Raden Tumanggung Tirto Negoro)
Bangunan yang terletak di sebelah barat lapangan LKS Gotong Royong yang merupakan tempat ibadah yang pada masa itu penyelenggaraan pengajian di pimpin oleh K. Abu Naim.
4.      Mesjid Laju
Bangunan ini yang di bangun pada zaman Pemerintahan Pangeran Anggadipa yang memerintah keraton sumenep dari Tahun 1626 sampai dengan 1644 M.
5.      Mesjid Agung Sumenep
Mesjid Agung Sumenep ini di bangun pada Tahun 1763 M oleh Raja Panembahan Sumolo, mesjid ini juga termasuk salah satu dari sepuluh mesjid berarsitektur khas yang terdapat di indonesia.
6.      Asta Tinggi
Ini adalah situs pemakaman Raja-Raja dan anak keturunan beserta kerabat-kerabatnya yang di bangun sekitar tahun 1750m.
7.      Pilar/ Pintu Masuk Keraton Bangselok
Pilar/ pintu masuk ini terletak di Jl. Widuri Kelurahan Bangselok yang pada zaman   dahulu di tempatin oleh Pangeran Pekalongan menantu Sultan Abdurahman.
8.      Taman Peristirahatan Raja-Raja di Desa Batuan
Taman ini terletak di Kampung Palasa dalam bahasa inggris Daerah Batuan yang di dalamnya terdapata kawasan kolam pemandian serta puing-puing bangunan istana.
9.      Gua Jeruk
Gua ini terletak di dataran tinggi yang berlokasi di luar kawasan Asta Tinggi Desa Kebunangung Sumenep, gua ini sebagai salah satu tempat pertapaan Sultan Abdurahman.
10.  Asta Karang Sabu
Komlek pemakaman yang terletak di Kelurahan Karangduak Kecamatan Kota Sumenep, yang terdiri atas beberapa makam Tumenggung Kanduruan, Pangeran Lor, dan Pangeran Wetan.
11.  Pilar/ Pintu Masuk Keraton Parsanga
Pada Tahun 1502-1559 berdiri kerajaan di bawah kepemimpinan Banuboyo/ Sidingpuri dengan gelar Pangeran Secca Diningrat V yang merupakan cucu dari Pangeran Joko Tole.
12.  Kolam (Peringi Songo)
Kolam ini terletak di desa Parsanga Kecamatan Kota Sumenep, yang dulunya tempat ini bermukim seorang ulama yang bernama Sunan Padusan (menantu Joko Tole)
13.  Pintu Gerbang Pangeran Letnan
Lokasi pintu ini yang berada di sebelah utara agak ke timur dari rumah Dinas Bupati Sumenep yang merupakan pintu masuk menuju rumah kediaman Raden Ario Mohammad Hamzah yang bergelar Pangeran Soeryo Sinrangingrono.
14.  Asta Katandur
Asta ini berada di lokasi desa Pamolokan Kecamatan Kota Sumenep ± 2 km ke arah Utara Kota Sumenep. Asta ini merupakan kuburan Syech Acmad Baidawi yang di kenal sebagai Pangeran Ktandur yang berasal dari kata tandur = menanam, ahli pertanian, beliau adalah seorang penyebar agama islam juga ahli dalam bidang bercocok tanam yang datang ke kbupaten sumenep.
15.  Asta Sayyid Yusuf
Lokasi asta ini berada di Kecamatan Talango suatu Kepulauan ± 11 km ke arah timur dari Kota Sumenep dan menyeberangi dari Kecamatan Kalinget ± sekitar 10 menit perjalanan, Sayyid Yusuf adalah seorang ulama yang berasal dari Arab yang ketika itu jenazahnya terapung diliputi sinar melintas di depan perahu Sultan Abdurahman yang melakukan perjalanan ke pulau bali, kemudian jatuh daun sokon/ sukun yang bertuliskan dengan jelas nama jenazah tersebut yaitu Sayyid Yusuf dari mekkah. Kemudian Sultan Abdurrahman berniat menguburkan jenazah secara wajar di daratan pulau talango jika beliau kembali dengan selamat dari pulau bali. Akhirnya Asta ini banyak di kunjungi oleh penduduk jawa timur dan jawa barat, konon permohonan/ doa mereka di tempat ini banyak di kabulkan oleh Allah Swt. Dan di sebelah utara Asta ini terdapat pohon Nangger yang sangat besar seperti memayungi kuburan tersebut, pohon ini berasal dari tongkat Sultan Abdurrahman yang di tancapkan setelah mengubur jenazah Sayyid Yusuf.
16.  Bangunan Kediaman Pangeran AMI
Jl. Pujangga kelurahan Kepanjin Kabupaten Sumenep bangunan ini merupaka salah satu dari beberapa bangunan Kepangeranan yang ada di Kabupaten Sumenep, tempat tinggal dari Syamsudin (nama asli) kemudian berganti nama menjadi Moh. Jakfar Sadik alias Pangeran Suryo Amijoyo atau Pangeran AMI. Pangeran AMI menikah dengan Dewi Ratih Putri I Pangeran Diponegoro (nama aslinya Abd. Hamid), pada masa hidupnya beliau pernah menjabat sebangai sekretaris pribadi dari penambahan Moh. Saleh Notokusumo II sekaligus sebangai pujangga keraton, sehingga kediaman beliau di namai kampung pujangga, bangunan tersebut agak istimewa dengan kesan artistik mengingat pemiliknya adalah seorang pujangga keraton, selain keunikan bangunan itu masih ada lagi yaitu kisah Pangeran Ami dalam hal senajta yang beliau miliki yaitu sebilah keris bernama “Se Pangkat” yang diukir dengan tulisan VOC karenan keris tersebut berjasa pada waktu Pangeran Diponegoro berpeerang melawan Belanda.
17.  Asta K. Pekke
Asta ini terletak di daerah luar Kota Sumenep yaitu Lembung Barat Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, ± 11 km ke arah barat dari kota Sumenep, yang merupakan salah satu objek wisata ziarah yang ada di Kabupaten Sumenep. K. Hafakih atau K. Pekke yang di kenal sebagai ulama besar dalam bidang ilmu fiqih (ahli hukum agama islam) dan perintis pertama pendiri pondok pesantren di Kabupaten Sumenep, selain itu beliau juga sebagai budayawan tertua setelah wali songo yang mengajarkan gending di Yogyakarta.
18.  Asta Jokotole
Kuburan Jokotole atau Secoadinigrat III putra dari Adipoday ini berada di kampung Sa’asa desa Lanjuk Kecamatan Manding ± 10 km ke arah utara dari Kota Sumenep, menurut cerita pada saat Jokotole sakit parah di bawa pulang dari kraton Lapataman Kecamatan Dungkek Kabupaten di rumah putranya di desa Parsanga Kecamatan Kota Sumenep dan beliau wafat disana. Dan sebelum beliau wafat beliau berwasiat apabila katel (keranda jenazah) yang terbuat dan bambu patah dimana saja, maka disitu beliau harus dikubur. Dan ternayta bambu tersebut patah di Kecamatan Manding, namun pada saat jenazah di sucikan sulit sekali untuk mendapatkan air, Raden Ario Begonondo (putra Jokotole) menancapkan tongkat milik ibunya (Dewi Ratnadi) yang pernah di gunakan di desa Socah Kabupaten Bangkalan ke tanah, dan keluarlah air dari tanah tersebut. Kemudian jenazah Jokotole di sucikan di daerah tersebut dan di makamkan di sana juga, maka dari itu daerah tersebut di namakan Sa’asa yang artinya tempat mensucikan.
19.  Asta Aceh
Bujuk Aceh (juk Aceh) merupakan kuburan Pangeran Aceh yang terletak di kampung Gunungan Kelurahan Bangselok Kecamatan Kota Sumenep. Menurut cerita Pangeran Aceh adalah kuburan Pangeran Teuku Umaar (pejuang Aceh) yang ketika itu frustasi karena kalah siasat berperang melawan Belanda di Aceh dan di selamatkan Pangeran Letnan Kolonel (Moh. Hamzah). Ketika berperang melawan Belanda di Aceh beliau menancapkan bambu-bambu sebagai benteng pertahanan, namun oleh Belanda di luar bambu tersebut di taburi uang, sehingga keluarlah tentara Pangeran Aceh, maka dengan mudah Belanda menembaknya. Kemudian Benteng pertahanan di buat kembali di kampung Gunungan dan Pangeran Aceh berdiam di dalamnya dan yang dilakukannya seoanjang waktu hanya termenung sampai akhirnya beliau meninggak dunia di tempat itu.
20.  Asta Sendir
Kuburan Sendir adalah kuburan dari seorang Alim Ulama dari turunan Pangeran Mandaraga, yang terletak di desa Sendir Kecamatan Lenteng ± 7 km ke arah Barat dari Kota Sumenep. Alim Ulama tersebut bernama K. Abd. Rahem putra K. Abdullah dan istriay bernama Nyai Sosor yang merupakan anak dari Putri Siding Puri dan dari pernikahan mereka mempunyai keturunan Buju’ Raba alias K. Abd. Rahman di Raba Pamekasan.
21.  Asta P. Anggoseto
Lokasi dari Asta ini berada di desa Kebun Dadap Kecamatan Saronggi ± 13 km ke arah selatan Kota Sumenep, Pangeran Anggoseto adalah orang yang mengajarkan tentang cara membuat garam yang secara turun temurun diwariskan kepada masyarakat sekitar. Dan untuk mengenang Pangeran Anggoseto selaku perintis pembuatan garam di Sumenep maka setiap Tahun di adakan upacara adat Nyadar yang merupakan upacara adat tradisional yang bersifat ritual.
22.  Asta K. Abdullah
Lokasi kuburan K. Abdullah ini berada di desa Batuampar Kecamatan Guluk-Guluk ± 32 km ke arah barat dri kota Sumenep, K. Abdullah adalah ayah dari Bendoro Moh. Saod bergelar R. Tumenggung Tirtonegoro raja sumenep yang memerintah Tahun 1750-1762. Berikut adalah nama-nama raja dinasti Bendoro Moh. Saod alias R. Tumenggung Tirtonogoro :
·         R. Tumenggung Tirtonegor 1750-1762
·         Penanbahan Natakusumo I 1762-1811
·         Sultan Abdurrahman Pakunatanigrat I 1811-1854
·         Penambahan Natakusomo II 1854-1879
23.  Benteng Belanda
Benteng peninggalan Belanda ini berada di Dusun Bara’ Lorong Desa Kalimo’ok Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, sebelah tenggara. Benteng ini berada jauh dari pelabuhan dan juga pusat kota, kira-kira 3 km dari pantai dan 7 km dari keraton sumenepp. Sebuah sumber Belanda menyebutkan bahwa Benteng Sumenep di bangun Tahun 1785 dengan luas bangunan 2500 m2, panjang 50 m, lebar 50 m, tinggi tembok 3 m, berdiri di atas tanah seluas 15.000 m2 panjang 150 m, lebar 100 m dalam keadaan rusak dan tidak terawat. Benteng ini di bangun dari bata dengan area persegi dengan dua pintu masuk, satu pintu dari utara dan satu pintu lagi di selatan dan pada masing-masing ujungnya terdapat benteng pertahanan yang menonjol keluar, dengan dinding setebal 5 m. Segmen yang Benteng yang amsiha da di sekeliling adalah dua pintu gerbang, sebuah penjara dan papan pengumuman (majalah dinding), dan fungsi Benteng sekarang sudah berganti dengan tanah pemeliharaan proyek pengembangan petani ternak kecil, dengan fungsinya yang baru sudah berdiri sejumlah bangunan kandang ternak dan rumah penjaga telah di bangun baik pada bagian luar maupun bagian luar Benteng, dan di sebelah barat dari Benteng tersebut tedapat pekuburan Belanda.
            Sekilas cerita tentang Adipati Sumenep beserta peninggalannya, jika kurang memuaskan silahkan kunjungi Keraton Sumenep Madura di sana akan lebih detail tentang Sumenep, bahkan bisa mengunjungi langsung peninggalan-peninggalan Adipati, dan di pastikan sangat memuaskan dan menyenangkan dalam perjalanannya.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: