nyoba' ajer ngeblog ca'na pas pangajeren kuliah,mandheren amanfaathe.amin. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

minangkabau


Kebudayaan minangkabau
Daerah ini di bagi ke dalam beberapa bagian-baian khusus antara darat (darek), pesisir (pasisie), dan rantau, ada anggapan bahwa daerah daratan pesisir itu merupakan daerah asli daerah utama dari pemangku kebudayaan minangkabau, dan kemudian daerah pesisir itu di bagi kedalam tiga seperti kabupaten (luhak), yaitu Tanah Data, Agam, Limo Pulueh Koto dan Solok. Mereka beranggapan bahwa nenek moyang mereka perpindah dari tempat dan kemudian menyebar yang di hubungkan dengan dongeng tenteng nenek moyang minangkabau beresal dari gunung merapi yang masih kecil.
Kemudian kebudayaan Minangkabau juga tersebar di berbagai wilayah seperti Sumatra dan Malaya, koloni orang Minangkabau di Aceh Barat meulaboh, daerah di Negeri Sembilan Malaya yang sudah berpindah dari abad yang lalu, penyebaran ini terjadi karena dorongan pada diri mereka untuk merantau, mereka untuk mendapatkan kekayaan, dan perselisihan yang menyababkan bahwa orang yang merasa dikalahkan akan meninggalkan kampung dan keluarga untuk menetap di tempat lain.
Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat minangkabau ini seperti bahasa melayu, hanya sebagian bahasa yang tiak sama namun rata-rata bahasanya sama yang menjadi beda disini hanya terletak pada dialeknya saja.
Desa
            Desa yang di sebut nagari oleh bahasa minangkabau terdiri dari dua bagian utama, yaitu daerah nagari dan taratak. Nagari adalah daerah kediaman utama yang di anggap pusat bagi sebuah desa. Taratak  adalah hutan dan ladang, orang yang hidup di daerah ini berarti mereka yang mengurusi dan menjaga Tanah dan hutan meskipun bukan miliknya. Sedangkan daerah nagari itu yang di tentukan oleh masjid, balai adat, pasar. Rumah adat minangkabau atau rumah gadang, kalau di lihat akan hilang dalam waktu yang dekat, rumah panggung karena lantainya terletak jauh dari tanah. Rumahnya memanjang dan di dasarkan pada perhitungan jumlah ruang di dalam bilang yang ganjil, mulai dari tiga yang biaasa 7 namun ada yang sampai 17 ruang.
            Sebuah rumah gadang di bagi ke dalam beberapa ruang (didieh) satu didieh di gunakan sebagai billik (ruang tidur), dengan di batasi empat dinding khusus perempuan yang bersuami, yang ke dua merupakan ruang terbuka dari rumah gadang berfungsi buat terima tamu dan pesta. Kadang juga punya tempat yang di sebut anjueng (anjung), bagian yang di tambah pada ujung dan sebagai tempat yang di tinggikan dari bagian lain tempat kehormatan. Sebuah rumah gadang biasanya hanya memiliki satu pintu saja yang terletak pada ruang yang tengah. Sebuah rumah gadang di topang oleh tonggak besar dari kayu, sehingga bisa membangun ruang dengan jumlah yang banyak, namun untuk sebuah gadang hanya di batasi pada empat tonggak. Antara lantai dan atap terdapat semacam pagu semacam loteng yang di gunakan untuk menyimpan barang-barang yang tidak selalu di gunakan.
Mata Pencaharian Hidup
            Sebagaian besar orang minangkabau hidup dari tanah yang mengusahakan tanah, tapi pada daerah subur tinggi menanam sayur mayur untuk perdagangan, namun bagi mereka yang hidup di pesisir hidup dari hasil penangkapan ikan akan tetapi itu hanya sebagai sambilan saja. Kemudian mereka meninggalkan sektor pertanian karena tak ada tanah pertanian yang memberikan hasil yang cukup, dan kesadaran mereka bahwa tidak mungkin kaya, dan kemudian lari ke sektor berdagang.
Namun ada juga yang hidup dari hasil kerajinan tangan dan telah melampui batas kedaerahan yaitu kerajinan perak bakar dar koto gadang, desa deket bukit yang membuat kain songket dari silungkang, desa dekat sawah lunto.
Religi
            Suatu keganjilan jika ada seorang minangkabau tidka menganut islam, dalam keadaan biasa mereka hanya percaya kepada Tuhan sebagai yang di ajarkan islam. Namun mereka juga percaya kepada hantu-hantu yang mendatangkan bencana dan penyakit, untuk mengusirnya mereka mendatangi dukun. Mereka juga percaya sama puntianak ialah orang-orang perempuan yang suka menghisap darah bayi dengan menghirup ubun-ubun bayi itu dari jauh, mereka juga percaya pada menggasing ialah mengantar racun melalui udara untuk merugikan orang lain.
Sekarang kelihatan dari masyarakat minangkabau hampir tidak ada upacara keagamaan yang penting dan khas, upacara keagamaan umumnya shalat hari raya, puasa dan haji. Dulu ada upacara keagamaan seperti tabuik, kitan, katam dan mempertingati orang mati. Dulu ada upacara keagamaan tabuik yang di lakukan oleh masyarakat pesisir pariaman dan padang, mereka mengadakan acara tersebut untuk memperingati kematian Hasan dan Husen di padang Karabela. Upacara kitan dan katam mengaji Al-Qur’an yang berhubungan dengan masa peralihan hidup individu, seperti turun tanah (menyentuh kaki bayi ke tanah untuk pertama kali).
Dulu juga ada upacara mendo’akan orang yang sudah mati selama tujuh hari sampai 1000 harinya, manun sekarang sudah fi lupakan oleh masyarakat minangkabau, di beberapa tempat masih terdapat surau-surau sebagai sekolah agama sama dengan pesantren yang di pimpin oleh tuanku atau syekh keadaan ini juga telah hilang dari minangkabau sejak beberapa tahun yang lalu.
Perang padri di minangkabau permulaan abad ke-19 bermula pada pertentangan kaum lama dan kaum baru, kemudian menjadi persoalan politik, kemudian orang lama berusaha memurnikan agama islam dengan reeformasi, pertentangan ini iberlangsung juga di abad ke-20 dengan golongan baru memodernsasi sistem sekolah agamam yang ada, sehingga murid tidak hanya di ajarkan agama saja melainkan umum juga di ajarkan.
proses ini berpengaruh terhadap keseluruhan sistem masyarakat Minangkabau untuk mrnuju aspek dari proses modernsasi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: