Aneka huruf dan
kekuatan huruf
dalam kebudayaan jepang
di mata indonesia
Ada dua hal di jepang yang membuat saya
tertarik untuk membahasnya yaitu keberadaan huruf jepang. Pertama, masyarakat
mengunakan 4(empat) sistem dalam tulisan di saat bersamaan, yaitu kanji,
hiragana, katakana, dan sistem romawi. Tiga yang pertama itu sistem tulisan
asli jepang dan masyarakat barat. Alasan kedua, penggunaan hurufnya sangatlah
intesdif sekaligus ekstensif. Kemudian tulisan-tulisan itu sangatlah memiliki
kekuatan saking kuatnya mereka biasa menulis harapan-harapan pengunjung di
salah satu kuil dalam kayu kecil yang di sebut ema (gambar kuda), dan jika
tidak sesuai dengan harapan yang di tulis oleh mereka maka tulisan tersebut di
gantung salah satu pohon yang yang di sebut omikuji.
Katagori sistem tulisan dimana satu
karakter (huruf) mempunyai satu arti tertentu, sementara yang lainnya tergolong
pada sistem alfabetis yaitu sistem tulisan dimana satu karakter baru memiliki
makna apabila di kombinasikan dengan yang lainnya.
Lalu
kemudian ada huruf lain yaitu sistem semantic dan phonemic keduanya terletak
pada aspek bunyi dalam sistem ini dalam karakter yang ada dalam kanji tidak
dapat dipisahkan dengan dimensi makna, dan sebaliknya alfabetis lebih mudah
digunakan untuk menulis bunyi yang tidak mampu ditulis dengan menggunakan
kanji.
Sistem tulis hiragana ini adalah sitem
tulisan mewakili indentitas masa lalu orang jepang berkait dengan kepercayaan
bahwa keturunan cina dan sekarang sudah memiliki bahasa sendiri dan terpisah
dengan kebudayaan asal. Dengan seperti itu tulisan kanji merupakan posisi pusat
dalam keseluruhan sistem tulisan masyarakat jepang, jadi tulisan kanji adalah
dunia makna masyarakat jepang sehingga dengan demikian kanji menempati posisi
sebagai “yang ada” (presence) sedangkan tulisan ynag lainnya hanya pada “penggambarannya”
(represence). Tulisan kanji juga berfungsi sebagai parameter keberadaan sistem
huruf lainnya, dan pada saat bersamaan awal-mula yang ada sserta sebuah pusat
sama seperti konsep Tuhan, surga, dan kota suci yang terdapat dalam metolodi
agama barat.
Pentingnya kanji juga bisa di lihat pada
penggunaan kehidupan sehari-hari orang jepang yang umumnya menggunakan kanji
untuk menuliskan nama mereka karna setiap huruf dalam kanji memiliki makna
tertentu, di dalam komputer untuk mengetahui dan membaca tulisan karakter
jepang itu masih harus di terjemahkan dalam kanji karn ahuruf kanjilah yang di
gunakan sebagai penentu akhir dalam proses penerjemahan, dan tentunya hampir
semua buku di jepang ditulis dalam huruf kanji karn akanji masih merupakan
sistem penulisan paling populer di jepang.
Bahasa jepang tidak sepenuhnya
dituliskan hanya dengan menggunakan kanji, oleh karna itu hiragana juga masih
di perlukan dalam penyempurnaan sistem tulis kanji. Namun di korea berbeda
dengan di jepang sistem tulis hiragana tidak dapay menganti posisi yang di
miliki oleh kanji dalam sistem tulis jepang. Walaupun bahasa jepang msih
berkembang dan akan selalu berkembang masyarakat juga masih akan mempertahankan
posisi kanji, bahkan mereka tidak mau mencampurkan dua sistem tulis tesebut.
Kecendrungan untuk memisahkan dua sistem
tulis tersebut masyarakat menciptakan sistem lagi yang di sebut sistem katakana
yang berfungsi untuk menulis fenomena bunyi bahasa asing, namun kadang-kadang
sistem katakana juga masih digunakan secara bersamaan dengan menggunakan kanji
dan hiragana. Tiga sistem tulis itu tetap masih dalam keadaan ter[idah dan tidak
akan tercampur, dengan adanya sistem tulis itu maka jelas sudah bahwasannya
tulisan jepang menjadi rumit. Di satu sisi seperti ada hubungan hirarkis antara
kanji dan sistem lainnya tapi disisi lain tanpak seperti hubungan yang egaliter
antar ketiga sistem tersebut, tetapi yang tampak jelas itu yaitu kenyataan
bahwa orang-orang jepang dapat bergerak di antaranya tanpa menjadi bingung.
Di setiap dunia pasti memiliki kitab
suci masing-masing dimana kitab suci itu adalah tulisan yang di gunakan sebagai
alat oleh Tuhan untuk berkomunikasi dengan makhluknya atau masyarakat secara
umum, tapi keberadaan kitab suci bukan mendorong untuk merespon Tuhan. Disini Tuhan
dibayangkan sebagai seorang yang berkata dan berbicara lalu huruf hanyalah
sebuah instrumen yang mewakili kata-kata tersebut sehingga huruf di artikan
sebagai kata di bawah lisan atau bunyi bahasa.
Di jepang bukan hanya Tuhan (para dewa)
yang menggunaan huruf untuk berkomunikasi dengan manusia, namun sebaliknya
masyarakat jepang juga menggunakan huruf untuk berkomunikasi dengan Tuhan (para
dewa). Di pinggir jalan dekat salah satu universitas ada tiga patung yang di
balut dengan kain putih yang di atasnya masyarakat jepang sekitar menuliskan
doa dan harapan mereka atas kebaikan dan keberuntungan kepada para dewa, itu
sama dengan ema yang saya paparkan di atas tadi, lain juga dengan omikuji yang
berfungsi sebagai jawaban dari para dewa atas surat yang orang-orang tulis. Jika
jawaban para dewa negatif dan para dewa menolak doa dan harapan maka mereka
akan menempelkan atau mengikat ekrtas tersebut di pohon, dan jika asebaliknya
jawaban para dewa positif maka mereka akan mengambil kertas tersebut dan di
bawa pulang.
Namun berbeda dengan penggunaan huruf di
cina mereka menggunakan huruf sebagai kekuatan ajaib untuk melawan hantu atau
roh-roh jahat. Sistem tulisan huruf di cina lemah karna sina hanya memiliki
sistem satu tulisan dan itu masih sangat tergantung pada perkembangan dan
perubahan lisan, sehinggan sistem tilisan huruf di cina masih mempertahankan
fungsi aawal mereka sebagai representasi dari bahasa lisan. Maka dari itu
masyarakat jepang memiliki sifat yang sama dengan masyarakat indoensia yaitu
lebih memilih bekerja keras untuk menciptakan sistem yang baru terhadap respon
dinamika bahasa daripada mencoba melakukan modifikasi.
Jadi, indonesia huruf adalah hal yang
keramat dan berdiri terpisah dengan kehidupan masyarakat umum, karna fungsi
representasi dari bahasa tidak dapat di pahami oleh masyarakat bahkan
pemimpinnya. Oleh karna itu pesan ynag di kandung dalam huruf tidak berfungsi
sebagai pemimbing kehidupan masyarakat. Dan juga penggunaan hurut tidak
menyebar ke banyak bidang kehidupan rakyat, pengunaan hurufnya hanya ada dalam
pengaruh sihir dan bidang-bidang lainny ayng ter kait dengan hubungan antar
manusia dan makhluk-makhluk suprnatural. Dan dalam bidang lainnya huruf tidak
memiliki otoritas dan kekuatan lagi, kecendrungan inilah yang membedakan
masyarakat indonesia dan jepang.
Contoh dalam menunjukkan keterkaitan
huruf dan nama adalah nama perempuan kebanyakan menggunakan kata ko yang berarti anak sehinggan maknanya tidak jelas dan bekonotasi dan akan
terlihat jelas pada saat penulisan dalam kanji jika persegi berarti laki-lakii
dan jika karakternya bundar berarti perempuan.
Derajat sistem jenis huruf, misalnya
kanji jenis huruf dan sifat visual dan spasial yang kuat yang di sebut
ideografik yang memiliki fungsi yang sama dengan gambar dalam terminology
simiotic yaitu kajian tentang sign/ penanda.
0 komentar:
Posting Komentar